Senin, 13 Februari 2012

KONSEKUENSI EKONOMI

KONSEKUENSI EKONOMI









1. Gambaran Ikhtisar
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menegaskan, meskipun implikasi dari teori pasar sekuritas efisien, bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi / memberi dampak pada nilai perubahaan.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi adalah penting dengan alasan sbb :
1.    Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.
2.    Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi yang berbeda. Konsep konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata.
3.    Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan, khususnya kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang. Dengan melihat bahwa masalah kebijakan akuntansi, kebijakan tertentu yang digunakan oleh perusahaan, waktu dan sifat perubahan dalam pada kebijakan tersebut dapat menjadi sumber informasi penting bagi investor meskipun implikasi pasar efisien.

2. Munculnya Konsekuensi Ekonomi
Salah satu akun yang paling persuasif dari konsekuensi ekonomi ada dalam artikel Stepen Zeff (1978) dengan judul "The Rise of Economic Consequences". Pertanyaan dasar yang muncul masih relevan hingga kini. Zef mendefinisikan konsekuensi ekononomi sebagai "dampak laporan akuntansi pada perilaku pembuatan keputusan pada bisnis, pemerintah dan kreditor". Esensi dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi keputusan riil yang dibuat oleh manajer (atau pihak lain), daripada secara sederhana mencerminkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mendokumentasikan beberapa contoh dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi atau telah mempengaruhi standar akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board (pendahulu FASB) dan pendahulunya The Committee on Accounting Procedure.
"Intervensi pihak ketiga" ini, seperti yang disebut oleh Zeff, memperumit penyusunan standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan kebijakan tersebut akan dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar akuntansi, dan audior yang tugasnya mengimplementasikan standar, karena mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang terlibat, model akuntansi yang sederhana, berdasarkan konsep yang diketahui seperti pencocokan biaya dan pendapatan, realisasi, dan konservatisme, dapat diterapkan dengan tak ada satupun, selain bagian yang terlibat, akan peduli kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan kebijakan akuntansi akan netral pada dampaknya.

3. TRANSLASI PERTUKARAN ASING - PENERAPAN DAN TEORI
Review SFAS 8
Pada Oktober 1975, FSAB mengeluarkan SFAS 8. standar ini membutuhkan penggunaan metode temporal pada translasi. Untuk memahami metode ini, kita perlu me-review perbedaan antara item neraca saldo nonmoneter dan moneter.
Nonmoneter item terdiri dari persediaan dan asset modal. Poin utama yang diperhatikan adalah bahwa jumlah arus kas yang diterima dapat berfluktuasi karena perubahan kondisi pasar atau tingkat harga. juga perusahaan dapat menyesuaikan harganya untuk merespon inflasi, mempengaruhi harga penjualan secara merugikan. Jadi, nilai pasar persediaan dapat turun, dalam kasus dimana arus kas masa depan dari penggunaan aset modal perusahaan akan terpengaruh.
Monetary item meliputi item seperti kas dan piutang, serta pada bagian kewajiban, hutang dan hutang obligasi, dengan catatan bahwa jumlah yang diterima atau dibayar adalah tetap. Jadi, perubahan kondisi ekonomi tidak mempengaruhi fakta bahwa perusahaan memiliki $100 pada aktiva dan hutang jangka panjang $1,000. Monetary item berbeda dengan nonmonetary item karena jumlah yang dibayar atau diterima adalah tetap berdasarkan kontrak, mengingat, jumlah yang diterima dapat bervariasi dengan perubahan harga dan kondisi ekonomi lainnya.
Dalam metode temporal pada translasi, nonmonetary item pada neraca saldo dalam pembukuan asing ditranslasikan ke dalam mata uang perusahaan induk, pada tarif pertukaran ketika aset-aset tersebut diperoleh. Kita menyebut tarif ini sebagai tarif historis. Monetari item yang ditranslasikan pada tarif pertukaran pada tanggal laporan keuangan, disebut tarif kini (current rate), jika tarif kini berubah selama tahun itu, maka jumlah aset moneter atau hutang yang ditranslasi juga akan berubah dari saldo awalnya, meskipun saldonya tidak berubah dalam mata uang asing. Hal ini membuat penyesuaian translasi.

Review SFAS 52 
Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan yang ditimbulkan oleh manajemen Massey-Ferguson, FASB memutuskan di tahun 1979 untuk menguji ulang akuntansi untuk translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang dikeluarkan pada Desember 1981. Figure 7-1 meringkas beragam metode translasi yang diperlukan dalam SFAS 52.Pikirkan proses tiga tahap. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan asing dalam mata uang lokalnya. Dalam tahap 2, laporan keuangan ini ditranslasikan ke dalam pembukuan mata uang fungsional menggunaka metode temporal (kecuali mata uang lokal adalah mata uang fungsional). Dalam tahap 3, laporan mata uang fungsional ditranslasikan (kecuali mata uang fungsionalnya adalah dollar US) ke dollar US mengunakan metode tarif sekarang.
Ingat bahwa penyesuaian translasi yang muncul dalam dua kasus pengecualian - operasi asing yang terintegrasi dan ekonomi inflasi tinggi - harus dimasukkan dalam pendapatan bersih kini dalam SFAS 52,seperti dalam SFAS 8.

Teori Ekonomi Penentuan Tarif Pertukaran
Paritas Daya Beli. 
Dasar dari teori ini adalah bahwa mata uang mewakili daya beli pada barang atau jasa dan memaksa pasar akan beroperasi pada tarif pertukaran untuk mempertahankan daya beli tetap konstan dalam negara-negara yang berbeda.
Teori paritas daya beli juga diterapkan dalam ekonomi inflasi tinggi karena inflasi adalah salah satu alasan mengapa daya beli dapat berbeda di tiap negara. Negara yang mengalami inflasi tinggi relatif pada apa yang dapat diharapkan negara lain untuk melihat penurunan yang berlanjut dalam nilai mata uangnya pada pasar mata uang asing dan defisit dalam neraca saldonya. Salah satu alasan mengapa harga daging bisa mencapai $5 di Amerika adalah inflasi domestiknya. Maka, seperti yang disarankan dalam contoh, nilai dollar Amerika menurun relatif terhadap mata uang asing dan neraca saldo Amerika mengalami defisit seiring dengan tekanan konsumen untuk membeli mata uang asing untuk mendapatkan harga daging asing yang lebih murah. Nilai mata uang negara pada pasar pertukaran asing kemudian akan jatuh dalam usaha untuk memperbaiki keseimbangan.
Pengujian empiris teori paritas daya beli telah menunjukkan bahwa teori ini menahan selama periode waktu, namun beragam faktor dapat menyebabkan tarif pertukaran berperilaku secara berbeda dalam waktu singkat tergantung dari apa yang akan diprediksi oleh teori tersebut.

Paritas Tarif Bunga.
Teori lain penentuan tarif pertukaran berdasar pada tarif bunga. Dasar dari teori ini adalah bahwa tarif bunga yang tinggi dalam suatu negara akan mendorong arus modal ke negara tersebut. Hal ini akan menciptakan permintaan pada mata uang negara tersebut dalam pasar pertukaran asing dan nilai untuk mata uang tersebut.
Untuk tujuan kita. hal utamanya adalah bahwa teori paritas daya beli mengimplikasikan kebalikan hubungan antara tingkat harga barang dan jasa dalam suatu negara dan nilai mata uang negara tersebut pada pasar pertukaran asing. Jadi, harga domestik yang tinggi mengimplikasikan sisa defisit pembayaran yang membawa pada pengurangan nilai mata uang, dan sebaliknya. Teori paritas daya beli tidak membuat hubungan seperti itu karena hal ini berkonsentrasi pada arus modal ketimbang harga barang dan jasa.
Sekarang kita dapat mempertimbangkan pengaruh teori tersebut dalam akuntansi untuk konversi pertukaran dan hasil penyesuaian translasi.

Kritik SFAS 8 dan SFAS 52
Menurut SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk menyediakan informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini dirasa masuk akal dan konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual FASB. Karena itu, kita akan menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, Massey-Ferguson akan setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah, dengan teori paritas tingkat bunga pada perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit untuk melihat SFAS 52 konsisten dengan kedua teori ini.
Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau keuntungan pada aktiva nonmoneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran asing berubah karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8 konsisten dengan teori paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga, paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas tingkat bunga, nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing jika tingkat bunga ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di negara lain. Tingkat bunga yang lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa perusahaan yang dikonsolidasi dapat membayar kembali kewajiban bersih moneternya dan meminjam kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah; yaitu, perusahaan tersebut mendapat keuntungan (asumsikan tak ada penalti untuk pembiayaan ulang). Karena itu, pemasukan keuntungan dan kerugian translasi pada kewajiban bersih moneter dalam SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori paritas tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara tingkat harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai apakah hal ini konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva nonmoneter pada tarif historis.

Konsekuensi Ekonomi SFAS 8
Manajemen perusahaan-perusahaan multinasional diintervensi dalam proses penyusunan standar yang berhubungan dengan translasi pertukaran asing. Reaksi manajemen Massey-Ferguson adalah tipikal dan konsisten dengan dampak konsekuensi ekonomi yang dideskripsikan oleh Zeff. Terlihat bahwa intervensi pemilik manajemen cukup mampu bahwa FASB mundur dan SFAS 8 pada alternatif yang lebih dapat diterima secara politik, atau dalam istilah Zeff, altemnatif yang lebih "delicately balanced", meski dukungan yang dapat dipertimbangkan untuk SFAS 8 dalam teori ekonomi.
Tapi SFAS 8 tidak memiliki pengaruh arus kas langsung. Keuntungan dan kerugian pertukaran hanyalah item kertas. Jadi, dalam teori pasar efisien, harga saham perusahaan multinasional yang terpengaruh tidak akan dipengaruhi oleh kerugian dan keuntungan pertukaran; yaitu nilai pasar saham ini tidak boleh terpengaruh oleh metode tertentu yang digunakan untuk konversi pertukaran asing. Dengan kata lain, tidak boleh ada konsekuensi ekonomi.

4. ERC PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, perubahan yang membawa pada pendapatan bersih yang dilaporkan oleh SFAS 8 akan meningkatkan manfaat keputusan jika hak ini mencerminkan perusahaan asing. Namun, manfaat keputusan akan menurun pada tingkat bahwa perubahan tersebut secara sederhana menimbulkan "noise" pada pendapatan bersih. Tapi, noise akan menurunkan probabilitas ini, yang membawa pada revisi keyakinan yang rendah.
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menguji REC perusahaan yang terpengaruh. Hal ini telah dilakukan oleh Collins dan Salatka (1993), yang menguji koefisien respon pendapatan 3 bulanan dari sample 27 perusahaan multinasional US selama periode SFAS 8 (1976-1980) dan SFAS 52 (1983-1987). Collin dan Salatka mengatakan bahwa dampak noise mendominasi, mereka memprediksikan bahwa REC perusahan multinasional selama periode SFAS 8 harus lebih rendah dari REC perusahaan yang sama dalam periode SFAS 52. Mereka juga mengatakan bahwa REC dari sample kendali 27 perusahaan multinasional tidak boleh berubah antara dua periode karena perusahaan non multinasional tidak akan terpengaruh oleh transisi dari satu standar ke standar lain. Sample kendali yang dipilih sama dengan sample multinasional dalam hal ukuran dan industri.

5. AKUNTANSI UNTUK KREDIT PAJAK INVESTASI
Pemerintah kadang memberikan manfaat pada perusahaan untuk mempengaruhi keputusan mereka dalam hal yang diinginkan oleh kebijakan pemerintah. Ketika manfaat ini meluas ke aktiva tetap, beberapa masalah akuntansi dapat muncul. Jika kebijakan akuntansi yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah ini dilihat sebagai penghambat pencapaian kebijakan, pemerintah juga dapat dilibatkan dalam konsekuensi ekonomi.
Kontroversi kredit-pajak investasi (ITC) yang terkenal pada tahun 1962 memberikan contoh yang sempurna. The 1962 Revenue Act memberikan kredit pada perusahaan dengan tarif yang berlawanan dengan hutang pajak. Bagi sebagian besar perusahaan, kreditnya adalah 7% dari investasi saat itu dalam aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti pabrik dan peralatan. Kebijakan ini dirancang untuk mendorong investasi dan membantu perusahaan menjadi intensif modal.
Dalam akuntansi biaya historis, beberapa cara untuk menghitung ITC dengan cepat, yaitu ;
a.    Jumlah kredit dapat dimasukkan pada pendapatan tahun dimana kredit didapatkan, dengan menggunakannya untuk mengurangi pengeluaran pajak pendapatan.
b.    Jumlah kredit dapat digunakan untuk mengurangi biaya aktiva tetap yang berhubungan. Dengan cara ini, hal etrsebut dimasukkan dalam pendapatan selama umum aktiva dengan mengurangi pengeluaran depresiasi.
c.    Jumlah kredit dapat dianggap sebagai kredit yang dibedakan pada neraca saldo dan dimasukkan dalam pendapatan selama umur aktiva yang berhubungan. Hal ini akan memiliki dampak yang sama pada pendapatan bersih yang dilaporkan sebagai alternatif kedua, tapi neraca saldonya akan berbeda.
d.    Metode 48-52. Alternatif ini diterapkan jika dasar biaya aktiva untuk keperluan depresiasi pajak dikurangi dengan kredit. Lalu, jika tarif pajak adalah 52%, perusahaan sesungguhnya untung hanya 48% dari kredit. 48 % ini dimasukkan dalam pendapaan tahun itu, sebagai alternatif pertama, dengan 52% yang dikreditkan pada pajak pendapatan yang dibedakan.

6. REAKS1 PASAR SAHAM PADA USAHA-SUKSES AKUNTANSI DALAM INDUSTRI MINYAK DAN GAS
Ilustrasi ke tiga kita tentang konsekuensi ekonomi juga menyinggung gas dan oli, meskipun fokus kedua hal ini berbeda. Dua contoh sebelumnya berfokus pada reaksi pemerintah dan manajemen pada kebijakan akuntansi. Di sini kita akan melihat pada reaksi investor. Mengingat lagi bahwa dalam teori pasar efisien yang dibahas dalam bab 4, seharusnya tak ada pengaruh pada harga saham perusahaan yang timbul dari perubahan kebijakan akuntansi jika perubahan kebijakan akuntansi tidak mempengaruhi arus kas. Konsekuensinya, jika harga saham yang diobservasi mengikuti perubahan dalam kebijakan akuntansi yang tidak memiliki pengaruh pada arus kas, observasi seperti itu akan menimbulkan. pertanyaan tentang teori pasar efisien atau menguatkan argumen konsekuensi ekonomi. Hal tersebut harus sama sekali tidak diambil untuk menjamin bahwa reaksi harga saham akan diobservasi.
Ulasan kita di sini berdasar pada artikel Lev, "The Impact of Accounting Regulation on the Stock Market; The Case of Oil and Gas Companies 1979). Penelitian Lev berkonsentrasi pada SFAS 19, yang dikeluarkan pada tahun 1977. Laporan tersebut meminta bahwa semua perusahaan oli dan gas US menghitung biaya explorasinya dengan menggunakan metode successful-efforts (SE). Artikel Lev masih relevan hingga saat ini karena hal ini meninggalkan salah satu dari sedikit penelitian untuk mendokumentasikan respon pasar pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak memiliki dampak pada arus kas.
Adalah bermanfaat untuk merenungkan alasan yang mungkin bagi reaksi pasar. Seperti yang dibahas oleh Lev, salah satu kemungkinannya adalah inefisiensi pasar sekuritas -mungkin ini adalah keanehan lain. Namun, dalam pandangan banyak penelitian empiris, yang hasilnya konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas, penjelasan ini agaknya tidak mungkin. Alasan lain dapat disarankan, salah satunya adalah bahwa manajer perusahan FC dapat menghadapi kesulitan meningkatkan modal atau dapat mengurangi aktivitas explorasinya, sesekali mereka dipaksa untuk menggunakan SE. Alasan lain adalah bahwa pengurangan dalam pendapatan bersih yang dilaporkan dan ekuitas pemegang saham yang mengikuti hubungan pada penggantian SE dapat mempengaruhi bonus-bonus manajemen dan rasio perjanjian hutang. Pasar dapat bereaksi pada respon manajer disfungsional yang mungkin terjadi pada masalah seperti ini.
Namun demikian, sementara kita tidak mengetahui alasannya, hasil penelitian Lev menyarankan bahwa pasar bereaksi pada kejadian akuntansi yang tidak memiliki implikasi arus kas. Hal ini adalah fakta bahwa perubahan kebijakan akuntansi yang dimandatkan dapat memiliki dampak harga sekuritas, menguatkan argumen konsekuensi ekonomi.

7. HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR EFISIEN DAN KONSEKUENSI EKONOMI
Pada poin ini, kita mungkin memiliki kejanggalan lain. Teori pasar efisien memprediksi tak ada reaksi harga sekuritas pada perubahan, kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi profitabilitas yang mendasari dan arus kas; Jika tidak ada reaksi harga sekuritas (implikasikan tak ada perubahan dalam biaya modal perusahaan), hal ini tidak jelas mengapa manajemen dan pemerintah harus memperhatikan secara khusus tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar efisien, mengimplikasikan pentingnya pengungkapan penuh termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Namun, sekali pengungkapan penuh atas kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan menginterpretasikan nilai sekuritas perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan yang digunakan dan tidak akan dipermainkan oleh beragam pendapatan bersih yang dilaporkan yang timbul dari kabijakan akuntansi yang berbeda.
Namun, dalam tiga bidang pilihan kebijakan akuntansi, kita telah melihat bahwa tiga anggota dari pengguna laporan keuangan - manajemen, pemerintah dan investor - memang bereaksi pada perubahan dokumen dalam kebijakan akuntansi. Keunggulan reaksi manajemen agaknya mengejutkan, meskipun melibatkan permohonan pada otoritas pemerintahan untuk mengintervensi kepentingannya. Berbagai reaksi ini diringkas dalam konsep konsekuensi ekonomi; yaitu, pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah meski dalam ketiadaan dampak arus kas.
Jadi, kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan riil manajemen, termasuk keputusan untuk mengintervensi baik untuk atau menentang standar akuntansi yang diusulkan. Aspek "kibasan ekor anjing" pada konsekuensi ekonomi ini lebih mengejutkan karena banyak fakta mengajurkan bahwa perubahan utama sekuritas digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar